Seperti halnya orang, tanaman mempunyai nama. Tidak
seperti nama orang yang berbeda karena orang tua memberi nama sesuai dengan
keinginannya, nama tumbuhan berbeda-beda karena bahasa. Hal ini tentu saja
menyulitkan mengingat di dunia ini terdapat sedemikian banyak bahasa. Untuk
mengatasi kesulitan ini maka penamaan tumbuhan diatur secara secara
internasional melalui aturan tatanama tumbuhan yang dahulu dikenal dengan nama International
Code of Botanical Nomenclature (ICBN), tetapi sejak Juli
2011 telah diubah menjadi International Code of Nomenclature for algae, fungi, and
plants (ICN) (belum tersedia secara online). Melalui
aturan tatanama ini, setiap jenis (spesies) tumbuhan mempunyai nama ilmiah yang
untuk golongan tumbuhan lazim disebut nama
botanis. Nama botanis berlaku untuk tumbuhan alami (liar) maupun
tanaman (tumbuhan budidaya), tetapi untuk tanaman budidaya pada umumnya hanya
sampai pada peringkat taksonomik jenis (spesies).
Tujuan pemberian nama ilmiah adalah untuk mengatur melalui aturan tatanama yang disepakati agar tersedia satu nama benar (untuk binatang disebut nama sahih) yang diterima di seluruh dunia untuk tumbuhan dalam kelompok taksonomik (takson) tertentu. Tujuan ini menyiratkan bahwa nama ilmiah diberikan terhadap tumbuhan dalam berbagai tingkat pengelompokkan. Pengelompokan tumbuhan dan mahluk hidup lainnya, yang lazim disebut klasifikasi biologis, sebenarnya merupakan hal yang terpisah dari penamaan, tetapi sebagaimana tersirat dari tujuan pemberian nama, menjadi saling berkaitan. Klasifikasi mengelompokkan tumbuhan ke dalam kelompok taksonomik secara berperingkat dari kelompok paling besar sampai akhirnya jenis (spesius) mahluk hidup itu sendiri dan kelompok di bawah jenis. Peringkat dalam klasifikasi mahluk hidup disebut peringkat taksonomi. Nama peringkat tersebut, yang diatur melalui tatanama botanis, dalam bahasa Latin adalah: regnum, phylum/divisio, classis, ordo, familia, genus, dan species, dalam Bahasa Inggris adalah: kingdom, phylum/division, class, order, family, genus, dan spesies, serta dalam Bahasa Indonesia adalah: kerajaan, filum/divisi, kelas, bangsa, suku, marga, dan jenis. Peringkat di bawah spesies disebut peringkat intraspesies dan dapat terdiri atas subspesies, varietas (sub-varietas), atau forma (sub-forma).
Bergantung pada peringkat taksonomik, nama tumbuhan dapat terdiri atas satu, dua, atau tiga kata sebagai berikut:
- Satu kata, untuk peringkat marga (genus) ke atas, nama diakhiri dengan akhiran berikut: divisi: –phyta, sub-divisi: -phytina, kelas: -opsida, sub-kelas: -idae, bangsa besar (super-ordo): -anqe, bangsa (ordo): -ales, anak-bangsa (sub-ordo): -ineae, bangsa kecil (infra-ordo): -aria, suku besar (super-famili): -acea, suku (famili): -aceae, anak-suku (subfamily): -oideae, puak (tribe): -eae, anak-puak (sub-tribe): -ina, kecual marga, tanpa akhiran khusus. Untuk setiap nama peringkat tersebut, nama harus ditulis dengan huruf awal menggunakan huruf kapital. Nama takson di atas peringkat marga untuk tumbuhan jagung adalah kerajaan: Plantae, sub-kerajaan: Viridaeplantae (tumbuhan hijau), infra-kerajaan: Streptophyta (tumbuhan darat), divisi: Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh angkut), sub-divisi: Spermatophytina (tumbuhan berbiji), infra-divisi: Angiospermae (tumbuhan berbunga), kelas: Magnoliopsida, super-ordo: Lilianae (tumbuhan berkeping tunggal), ordo: Poales, famili: Poaceae (rerumputan), genus: Zea (jagung dan kerabatnya).
- Dua kata, untuk nama pada peringkat jenis (spesies) ke atas tetapi di bawah marga (genus). Nama jenis (spesies) terdiri atas nama genus dan nama epitet dalam satu kesatuan nama. Nama yang terdiri atas dua kata sebagai satu kesatuan ini disebut nama binomial. Nama binomial jagung adalah Zea mays. Selan jenis (spesies), peringkat takson yang juga mempunyai nama binomial adalah anak marga (sub-genus), seksi, anak-seksi (sub-seksi), seri, dan anak-seri (sub-seri). Nama binomial untuk peringkat jenis tumbuhan jagung adalah Zea mays, nama binomial untuk peringkat di atas jenis (spesies) adalah: Paraserianthes sect. Falcataria (nama genus disertai dengan nama seksi, dipisahkan dengan sect.). Nama spesies yang merupakan hasil hibrida alami dituliskan dengan dengan menggunakan nama spesies induknya dihubungkan dengan tanda kali (x), misalnya Agrostis stolonifera × Polypogon monspeliensis atau untuk hibrida dalam satu genus dengan menempatkan tanda kali di antara nama genus dan nama epite, misalnya Mentha × smithiana.
- Tiga bagian, untuk nama pada peringkat di bawah jenis (spesies), terdiri atas nama binomial spesies ditambah dengan nama epitet peringkat di bawah spesies, dipisahkan dengan singkatan nama peringkat. Nama tiga bagian untuk peringkat subspesies adalah Zea mays ssp. mexicana, untuk peringkat varietas adalah Zea mays var. parviglumis. Untuk tatanama binatang, berlaku aturan tatanama trinomial.
Nama kelompok takson sebenarnya ditulis dengan cetak miring, tetapi yang diwajibkan adalah nama takson jenis (spesies) ke bawah. Dalam penulisan nama takson jenis (spesies), huruf pertama nama genus harus ditulis dengan guruf kapital, sedangkan huruf pertama nama epitet ditulis dengan huruf kecil, meskun nama epitet tersebut merupakan nama orang atau nama tempat. Pada pencantuman pertama kali dalam satu tulisan, terutama pada tulisan ilmiah, nama takson harus disertai dengan nama pemberi nama (author) yang disingkat sesuai dengan ketentuan yang merujuk pada Brummitt & Powell (1992). Perhatikan contoh berikut:
- Amaranthus retroflexus L., nama Linnaeus dengan L., bukan dengan Linn., dan tidak perlu disertai dengan tahun publikasi. Untuk penulisan berikutnya, cukup ditulis Amaranthus retroflexus atau A. retroflexus. Untuk tatanaman binomial binatang, nama pemberi nama tidak disingkat dan harus disertai dengan tahun publikasi, misal Bactrocera dorsalis (Hendel, 1912) (lalat buah), sebelumnya diberi nama Dacus dorsalis oleh Hendel pada 1912
- Hyacinthoides italica (L.) Rothm., menyatakan bahwa Linnaeus pertama kali memberikan nama lain (Scilla italica) dan kemudian Rothmaler memindahkan genus tumbuhan ini ke Hyacinthoides, dengan tetap menggunakan epitet yang digunakan oleh Linnaeus.
- Zea mays ssp. mexicana (Schrad.) H.H. Iltis, mula-mula diberi nama Euchlaena mexicana oleh Schrad., kemudian diubah menjadi Zea mays ssp. mexicana oleh H.H. Iltis, dalam hal ini nama pemberi nama dituliskan untuk merujuk pada epitet sub-spesies.
- Agrostis stolonifera L. × Polypogon monspeliensis (L.) Desf, menunjukkan jenis hibrida dengan induk Agrostis stoloniferayang diberi nama oleh Linnaeus dan Polypogon monspeliensis yang mula-mula diberi nama lain oleh Linnaeus dan kemudian diubah menjadi nama Polypogon monspeliensis oleh Desf.
- Mentha × smithiana R. A. Graham, menunjukkan jenis hibrida intragenus Mentha, dengan pemberi nama R. A. Graham.
Nama ilmiah jenis (spesies) berlaku untuk jenis alami
(liar) maupun jenis budidaya. Namun untuk nama hibrida, dibedakan antara
hibrida alami (liar) dan hibrida buatan. Untuk tumbuhan hasil hibrida buatan,
berlaku aturan tatanama tanaman budidaya (International Code of Nomenclature for Cultivated Plants,
ICNP). Varietas budidaya tidak disebut varietas, melainkan kultivar
(cultivates variety). Berikut adalah contoh tatanama yang digunakan untuk
tanaman budidaya:
- Clematis alpina 'Ruby': kultivar dengan nama Ruby dalam satu jenis (spesies) Clematis alpina.
- Magnolia 'Elizabeth': kultivar dengan nama Elizabeth sebagai hasil hybrida anatar dua atau lebih jenis (spesies) Magnolia.
- Rhododendron boothii Kelompok Mishmiense (Mishmiense Group), kelompok jenis (spesies) yang terdiri pula atas spesies lain sebagai anggota kelompok, nama kelompok diawali dengan huruf kapital, demikian juga dengan tulisan kelompok.
- Paphiopedilum grex Sorel (Sorel grex): grex digunakan mirip dengan kelompok, tetapi khusus untuk angrek, nama grex diawali dengan huruf kapital, tetapi tulisan grex tidak.
- Apple 'Jonathan': nama umum untuk apel dengan nama kultivar Jonathan.
- +Crataegomespilus: nama sambung-chimaera antara Crataegus dan Mespilus
Perhatikan bahwa peraturan perundang-undangan di
Indonesia tidak membedakan antara varietas alami dan varietas budidaya,
semuanya disebut varietas. Demikian juga dalam vitikultura, digunakan istilah
varietas dan bukan kultivar.
Nama ilmiah tumbuhan yang digunakan di Internet maupun dalam berbagai buku teks belum tentu merupakan nama ilmiah yang diterima. Untuk memeriksa apakah suatu nama ilmiah merupakan nama yang diterima, diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan layanan pemeriksaan nama ilmiah berbagai golongan mahluk hidup seperti Global Biodiversity Iinformation Facility Data Portal (GBIF Data Portal) atau Integrated Taxonomy Information System (ITIS). Selain itu, Anda juga dapat menggunakan jasa pemeriksaan nama ilmiah khusus untuk tumbuhan seperti The Plant List, Integrated Botanical Information System (IBIS), IOPI Provisional Global Plant Checklist (seluruh tumbuhan berbunga), Tropicos (seluruh tumbuhan berbunga, algae, dan jamur), World Checklist of Selected Plant Families (tumbuhan bangsa tertentu), The Gymnosperm Database (tumbuhan biji terbuka), Annonaceae Database (Annonaceae), Brassicaceae Checklist (Brassicaceae), ILDIS (Fabaceae), Lecythidaceae Pages (Lecythidaceae), MelNet (Melastomataceae), Solanaceae Source (Solanaceae), Umbellifer Resource Centre (Umbelliferae), dan Early Land Plants Today (tumbuhan darat primitif). Bantulah mengurangi penggunaan nama ilmiah secara sembarangan dengan memeriksa nama ilmiah pada layanan tersebut di atas.
Klasifikasi jenis tumbuhan ke dalam suatu satuan
taksonomi tertentu dapat berbeda-beda, bergantung kepada sistem taksonomi yang
digunakan. Dewasa ini terdapat banyak sistem taksonomi tumbuhan, dan di antara sistem
taksonomi tersebut, yang mulai semakin banyak digunakan adalah sistem Angiosperm Phyllogeny Groups (APG), yang
berkembang dari APG I (1998), APG II (2003), dan kini APG III (2009). Klasifikasi sistem APG berifat filogenetik dan monofiletik, tetap mempertahankan ordodan famili dari sistem
Linnaeus, tetapi mendefinisikan kembali ordo dan famili dengan pendekatan yang
lebih luas sehingga jumlahnya dibatasi. Dalam sistem APG, baik ordo maupun
famili tidak ditempatkan sebagai peringkat yang setara, melainkan dalam
pemeringkatan yang disebut klad (clades) untuk menunjukkan
asal-usul filogenetik ordo dan famili yang bersangkutan. Dalam sistem
klasifikasi ini, peringkat taksonomi dengan peringkat yang sama tidak harus
selalu diposisikan sejajar, melainkan diposisikan dengan mempertimbangkan hubungan
genetik dan evolusinya, menghasilkan 'pohon kehidupan' yang disebut pohon
filogenetik. Perhatikan misalnya pohon filogenetik berikut ini:
Perhatikan kelompok mahluk hidup binatang (animals),
tumbuhan (plants), dan jamur (fungi) pada pohon filogenetik di atas. Pohon
filogenetik di atas menunjukkan bahwa nenek moyang bersama antara jamur dan
binatang ternyata hidup lebih kemudian daripada nenek moyang bersama antara
jamur dengan tumbuhan. Dengan kata lain, jamur berkerabat lebih dekat dengan
binatang daripada dengan tumbuhan. Kini sedang disusun aturan tatanama
filogenetik, the International Code of Phylogenetic
Nomenclature, atau disingkat PhyloCode, dimaksudkan untuk mengatur penamaan
clades. Dalam aturan tatanama filogenetik ini,
peringkat taksonomi Linnaeus tetap
dipertahankan, tetapi bersifat opsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila Anda para pembaca ada yang mengenal nama bahasa daerah tanaman yang dimuat dalam blog ini, kami akan sangat berterima kasih bila Anda berkenan menyampaikan kepada kami.