Saya membuat blog ini karena ...

... sulit sekali menemukan informasi mengenai jenis tanaman dari situs pemerintah yang ada di Indonesia. Blog ini tidak perlu ada andaikan saja pemerintah Indonesia bisa mencontoh apa yang dilakukan pemerintah negara tetangga untuk mencatat dan mempromosikan keanekaragaman hayatinya. Para bapak/ibu pejabat yang sering studi banding ke luar negeri, tolong pelajari bagaimana negara tetangga mempedulikan keanekaragaman hayatinya : Atlas of Living Australia | FloraBase - The Western Australia Flora | Plants and Animlas of Northern Territory | Digital Flora of Papua New Guinea | Philippine Biodiversity | Malaysian Flora and Fauna | Biodiversity Portal of Singapore | Dicari, URL situs serupa untuk Indonesia! Ditemukan: fObi, tapi bukan prakarsa pemerintah.

Senin, 07 April 2014

NYANDAU : Menunggu Buah Durian Jatuh


Hasil Buah Nyandau

Nyandau, atau menunggu durian jatuh di kebun atau di hutan adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Di Jawa tempat saya lahir, tidak bisa saya nyandau, karena buah durian sudah diikat oleh tukang ijon sehingga durian yang sudah masak dan lepas dari batangnya bergelantungan pada tali, tidak jatuh ke tanah. Paling kalau iseng pengen buah durian saya mengambil senapan angin dan latihan menembak tali, sambil uji ketepatan mata, dan kalau tepat hasilnya buah durian yang jatuh ke tanah (kalau belum ketahuan tukang tebasnya……) dan siap-siap ambil langkah seribu.

Di Jawa (Yogyakarta) tempat saya tinggal harga durian memang mahal. Durian yang besar harganya bisa sampai Rp. 30.000,- dan mutunya belum tentu dijamin. Kadang kala durian yang dijual di pinggir-pinggir jalan adalah durian dari pulau lain yang tidak masak pohon, tetapi masak di perjalanan karena panas kendaraan. Hasilnya rasanya amburadul dan perut gampang sakit. Pekerjaan saya di Kalimantan selama kurang lebih sudah 5 tahun saya jalani dengan keluar masuk hutan ternyata membawa keberuntungan tersendiri soal buah durian.


Hutan-hutan di Pulau Kalimantan menyediakan pohon durian dengan melimpah. Aneka jenis durian dari yang hijau, kuning, sampai agak coklat tersedia. Saudara-saudara durian seperti temberanang (mirip durian tapi bijinya kecil dan dagingnya berwarna merah) juga tidak kalah enak. Bulan Juli dan Agustus adalah bulan yang dinanti-nanti oleh penggemar durian. Kalau sudah banjir buah (alias panen raya) jangan heran kalau sekarung buah durian dengan kualitas super dapat dibeli dengan harga sama dengan 3 porsi nasi di jogjakarta atau sekitar Rp. 50.000,- dan kalau didapatkan buah yang busuk pasti diganti. Dan kalau  pintar ngrayu para penyandau, sebelum membeli durian yang dibawa pulang, kita boleh makan sepuasya sampai kepala berat dan leher kaku karena kolesterol yang masuk dalam tubuh kita.


Saya kali ini bersama-sama teman penduduk asli mau nyandau buah durian di Bukit Sikumbang, sebuah daerah di desa Muara Jekak, Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kebetulan habis nyontreng Pilpres, kantor tidak ada kegiatan, jadi daripada nganggur di kantor lebih baik pergi nyandau. Dari kantor sampai ke Bukit Sikumbang ditempuh dengan sepeda motor kurang lebih 30 menit saja.

Bukit Sikumbang sudah ada pemiliknya walaupun isinya hutan rimba. Kepemilikan lahan disini diatur oleh hukum ulayat. Kebetulan sewaktu saya sampai di bukit sikumbang anak dan cucu pemilik bukit ini sudah nyandau juga dan hasil buah durian yang didapat lumayan banyak. Uniknya kalau kita sudah ijin dengan pemilik lahan kalau kita mau ikut nyandau, maka bila ada buah durian yang jatuh kita bisa berlomba berlari mengambil buah tersebut bersama sang pemilik. Siapa cepat dia dapat menjadi pemilik yang sah.

Biasanya buah yang sudah di dapat di hutan hasil nyandau akan dibersihkan dan duri-durinya dipangkas dengan golok supaya mudah dibawa ke kampung. Tapi untuk durian yang dijual hanya dibersihkan saja tanpa dibuang durinya karena para pembeli banyak yang lebih suka kalau durian tersebut masih utuh. Kalau sudah panen melimpah dan warga tidak mampu untuk memakannya, selain dijual durian akan dibuat menjadi tempoyak dan lempok. Saya paling suka lempok, yaitu mirip dodol yang bahan utamanya dari buah durian. Lempok ini tahan lama sampai berbulan-bulan. Sehingga cocok jadi oleh-oleh yang dinanti keluarga saya di Jawa ketika saya pulang cuti kerja.


Durian dari hutan Kalimantan memang enak dan maaf saya tidak bisa membawakan untuk pembaca blog ini. Saya hanya bisa menampilkan bagaiamana ketika saya menikmati durian hasil nyandau. Enak… dan menyegarkan. kalau memang mau durian yang enak datang saja ke Kalimantan di bulan Juli sampai awal September. Nanti akan saya ajak nyandau dan makanlah durian sampai kepala berat dan leher kaku.
Pilih-pilihlah durian dengan tepat ada yang enak tapi kolesterolnya sangat tinggi, ada juga yang kolesterolnya tinggi tapi alkhoholnya rendah, jadi… Silakan datang ke Kalimantan.

 
Hasil dan Mengumpulkan Durian

Yang mau serius datang ke daerah tempat saya nyandau tersebut di atas berikut rutenya :
Dari Jakarta – Pontianak (Pesawat) Sekitar Rp. 300.000 – 700.000, Pontianak – Ketapang (Pesawat) Rp. 485.000, Dari Ketapang naik speedboat sampai ke Sandai Rp. 95.000. Dari Sandai baru jalan kaki atau naik ojeg (4 km), yang jelas ajak orang sekitar biar tidak tersesat. Alternatif lain adalah dari Semarang – Ketapang (Pesawat) tiket Rp. 945.000 (Maskapai IAT). Lebih hemat daripada lewat Pontianak.

Selamat berjalan-jalan dan jangan khawatir hal itu akan menambah kolesterol, karena energi yang dikeluarkan untuk berjalan kaki naik turun bukit tempat hutan durian dapat melarutkan kolesterol yang kita konsumsi.

Tautan Luar  :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila Anda para pembaca ada yang mengenal nama bahasa daerah tanaman yang dimuat dalam blog ini, kami akan sangat berterima kasih bila Anda berkenan menyampaikan kepada kami.